Indonesia
memang Negara yang kaya dan terkanal akan nilai-nilai budaya, suku etnis dan
ras yang multikultur dan kalau kita berbicara budaya di dunia ini indonesialah
negara No 1 terkaya akan ragam budayanya, yang menjadi pertanyaan apakah bisa
kita melestarikan budaya kita dan mengenal budaya kita dengan Negara lain? Dan
apakah kita bisa mempertahankannya? Kita berharap agar budaya kita di akui oleh
dunia internasional dan tidak di pengaruhi oleh budaya lain serta tidak di
klaim Negara lain.
Tak jarang pula suku atau bahasa juga merupakan salah satu identitas seorang warga Negara dan saya pikir terlalu luas kalau dalam kontek ini kita membicarakan mengenai Indonesia, sedangkan Kalimantan saja sekitar kurang lebih 400 suku dayak yang ada di sana nah kali ini saya akan bahas mengenai perbedaan bahasa yang juga bisa membuat lunturnya suatu budaya.
Tak jarang pula suku atau bahasa juga merupakan salah satu identitas seorang warga Negara dan saya pikir terlalu luas kalau dalam kontek ini kita membicarakan mengenai Indonesia, sedangkan Kalimantan saja sekitar kurang lebih 400 suku dayak yang ada di sana nah kali ini saya akan bahas mengenai perbedaan bahasa yang juga bisa membuat lunturnya suatu budaya.
Etttt dari pada ujung-ujung ngaur kali ini
saya mau share tentang bahasa yang akhir-akhir ini menjadi kejanggalan dan
menimbulkan pertanyaan buat saya sendiri secara pribadi yaitu membahas terkait
suku dayak ransa yang ada di kecamatan menukung melawi Kalimantan barat,
bayangkan saja sub suku yang ada di Kalimantan barat mencapai 152 suku dengan
bahasa yang berbeda-beda.
Sedangkan di kecamatan menukung ada empat suku yakni suku dayak ransa, suku dayak limbay, suku dayak kenyilu dan suku melayu dengan logat bahasa yang berbeda-beda pula. Walau pun keempat suku tersebut dengan logat bahasa yang berbeda tapi mereka tetap paham dan mengerti ketika berkomunikasi, seperti; perbedaan logat bahasa pada suku-suku tersebut, misalnya pada kata “kesana” bahasa dayak ransa (kot), dayak limbay (koet), dayak kenyilu (koit) dan melayu (kinun) sedangkan pada kata “tidak) dayak ransa (nada), dayak limbay (abon), dayak kenyilu (abon) dan melayu (jom). Hemat saya dari logat pada bahasa tersebut sangatlah mudah mempengaruhi nilai budaya artinya apabila suku-suku yang di anggap minoritas juga asing dalam penggunaan bahasanya selalu di ejek dan di jelek-jelekin akan malu ketika berbicara bahasa sendiri dan menggunakan bahasa yang lain atau bahasa yang mayoritas.
Sedangkan di kecamatan menukung ada empat suku yakni suku dayak ransa, suku dayak limbay, suku dayak kenyilu dan suku melayu dengan logat bahasa yang berbeda-beda pula. Walau pun keempat suku tersebut dengan logat bahasa yang berbeda tapi mereka tetap paham dan mengerti ketika berkomunikasi, seperti; perbedaan logat bahasa pada suku-suku tersebut, misalnya pada kata “kesana” bahasa dayak ransa (kot), dayak limbay (koet), dayak kenyilu (koit) dan melayu (kinun) sedangkan pada kata “tidak) dayak ransa (nada), dayak limbay (abon), dayak kenyilu (abon) dan melayu (jom). Hemat saya dari logat pada bahasa tersebut sangatlah mudah mempengaruhi nilai budaya artinya apabila suku-suku yang di anggap minoritas juga asing dalam penggunaan bahasanya selalu di ejek dan di jelek-jelekin akan malu ketika berbicara bahasa sendiri dan menggunakan bahasa yang lain atau bahasa yang mayoritas.
Terlebih anak muda orang ransa yang sangat
sensitive sekali apabila di ejek bahasanya dia akan cenderung malu dengan
menggunakan bahasa dayak ransa lagi, hal-hal yang seperti ini sungguh
memprihatinkan bagi saya, begitu mudahnya terpengaruh oleh bahasa lain. Saya
melihat hal ini terjadi pada budaya kita dilihat dari posisi negatifnya begitu
gampangnya luntur tradisi kita kalau benar demikin bagaimana mungkin kita bisa mempertahankan,
menjaga dan melestarikan budaya kita sendiri?.
Perlu di ingat dan di pahami bagi kaum muda khususnya dayak ransa kita itu patut bersyukur punya bahasa sendiri, kita adalah generasi yang harus menjunjung tinggi bahasa kita, kita jangan malu dengan bahasa kita sendiri karena bahasa adalah bagian dari identitas. Lantas apakah kita bisa membuat bahasa sendiri kalau bukan turunan nenek moyang kita, kita mestinya bersyukur sudah memiliki identitas yang cukup membanggakan bagi saya secara pribadi mungkin bagi saudara-saudaraku bahasa kita itu tidak baik dari bahasa-bahasa yang ada di kecamatan menukung, mana rasa nasionalis kita, mari kita tunjukan kita buktikan kalau identitas kita benar-benar ada bukan hanya memiliki bahasa yang berbeda atau bahasa sendiri tapi budaya kita juga mesti di ekspos pada publik.
Ironinya lagi para muda mudi kita dayak ransa dengan sesama suku dayak ransa pun tak jarang menggunakan bahsa lain misalanya “behabon” . asal lo semua pade tau ye bahasa kita to keren dan unik lo,,, masih tidak percaya, buktinya selalu di ikutin oleh orang-orang yang berbeda bahasa dengan kita artinya mereka tau kalau orang dayak ransa punya bahasa sendiri yang unik. Mungkin saudara-saudara sekalian hari ini tidak sadar kalau kita punya kelebihan dan keunikan tersendiri khususnya pada bahasa, seandainya pada hari ini juga kita mengetahui atas kekeliruan dan kehilafan dari semua itu patut dan hendaklah kita melakukan hal yang sama untuk membangun dan memperlihatkan identitas kita bahwa suku dayak ransa hebat. Dari sekarang bangunlah rasa nasionalismu jika kamu merasa orang dayak ransa..Penulis
Perlu di ingat dan di pahami bagi kaum muda khususnya dayak ransa kita itu patut bersyukur punya bahasa sendiri, kita adalah generasi yang harus menjunjung tinggi bahasa kita, kita jangan malu dengan bahasa kita sendiri karena bahasa adalah bagian dari identitas. Lantas apakah kita bisa membuat bahasa sendiri kalau bukan turunan nenek moyang kita, kita mestinya bersyukur sudah memiliki identitas yang cukup membanggakan bagi saya secara pribadi mungkin bagi saudara-saudaraku bahasa kita itu tidak baik dari bahasa-bahasa yang ada di kecamatan menukung, mana rasa nasionalis kita, mari kita tunjukan kita buktikan kalau identitas kita benar-benar ada bukan hanya memiliki bahasa yang berbeda atau bahasa sendiri tapi budaya kita juga mesti di ekspos pada publik.
Ironinya lagi para muda mudi kita dayak ransa dengan sesama suku dayak ransa pun tak jarang menggunakan bahsa lain misalanya “behabon” . asal lo semua pade tau ye bahasa kita to keren dan unik lo,,, masih tidak percaya, buktinya selalu di ikutin oleh orang-orang yang berbeda bahasa dengan kita artinya mereka tau kalau orang dayak ransa punya bahasa sendiri yang unik. Mungkin saudara-saudara sekalian hari ini tidak sadar kalau kita punya kelebihan dan keunikan tersendiri khususnya pada bahasa, seandainya pada hari ini juga kita mengetahui atas kekeliruan dan kehilafan dari semua itu patut dan hendaklah kita melakukan hal yang sama untuk membangun dan memperlihatkan identitas kita bahwa suku dayak ransa hebat. Dari sekarang bangunlah rasa nasionalismu jika kamu merasa orang dayak ransa..Penulis
Salah satu daerah perkampungan suku dayak ransa yaitu mehola bangis |
Sedikit kata menggunakan
bahasa dayak ransa
“Apai kita kemoluk bejantoh pakai bahasa diri’k, tapi kemoluklah
ketika kita bejantoh pakai bahasa orak lait”.
‘Aku malah ngayah kalau urak ngelolok bahasaku karena kalau aku
mikir inyanlah yang nyuruh jantoh kami dayak ransa di konal urak obuk lusa’k”.
#Artikel
terkait
Dusun: pondok bayan
Dusun: guhung terapau
Desa: laman mumbung
Logo Dayak Ransa
Cahai
kumparak adalah: air terjun di sungai mehola