Dayak Ransa - Berladang (behuma) dengan system yang tradisional dan
sederhana merupakan cara orang dayak mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Orang dayak pada
umumnya yang bermukim di wilayah pedalaman Kalimantan bercocok tanam biasanya
berladang liar atau berpindah-pindah tempat (berladang berpindah tempat misalnya tahun pertama di lokasi A dan tahun
kedua di lokasi yang berbeda).
Maklum saja tanah di Kalimantan cukup luas, namun walaupun
luas orang dayak harus paham dan mengerti bahwa tanah yang luas tersebut tidak
perlu di serahkan ke pihak perusahaan, dan masyarakatdayak harus kritis dan berani menolakperusahaan he sorry kemana-mana..
Kembali ke konteks pembahasan, berladang berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat lain bagi suku dayak sudah di lakukan sejak
turun-temurun, hingga sampai saat ini kebiasaan tersebut tetap berjalan. Karena
salah satu mata penceharian suku dayak yang ada di pedalaman Kalimantan yang
paling utama adalah bertani ladang (behuma), selain berkebun, berternak dan
berburu.
Berladang dengan menggunakan alat-alat yang masih sederhana
dan tradisional merupakan hal yang lumrah bagi suku dayak, namun di balik
kesederhanaan dengan system yang teradisional menyimpan keunikan
tersendiri serta rasa kepedulian
terhadap sesama pun terjalin dengan erat dan masih menerapkan budaya
gotong-royong yang paling di utamakan.
Proses berladang sangat rumit dan membutuhkan waktu yang
sangat panjang, bayangkan dalam satu tahun atau 12 bulan bercocok taman dengan
cara berladang liar hanya sekali panen padi, beruntung jika iklim bersahabat,
tak jarang para petani ladang liar mengalami gagal panen. Bagi suku dayak
berladang harus percaya dengan adat/aturan behuma,seperti pemali (pantang) dll.
Berladang tentu melalui tahap-tahap seperti ; montam, nobas,
nobak, mantuh/baru di tunu/nunu (menunggu waktu bakar beberapa minggu bahkan
bisa sampai sebulan kayu ladang yang sudah di tebang/tobak), tunu/bakar,
nujah/nugal, mangau, mabau, dan terakhir baru panen. melalu tahapan tahapan
tersebut baru bisa memungut hasil atau
panen padi.
Yang ingin Penulis sampaikan
dari artikel ini mengenai suku dayak ransa pada saat musim panen padi sangat
unik, kebiasaan panen padi ataupun kerja lain pada system pekerjaan ladang
masyarakat dayak. Panen padi ada dua kebiasaan yang dilakukan pertama berinyap
(gotong-royong), kedua dengan cara mengupah (upah) agar padi cepat selesai
dipanen.
Panen padi dengan cara beinyap, kebiasaan ini masih berlaku
sampai saat ini bagi suku dayak ransa. Biasanya kalau berladang liar / behuma
agar mendapatkan hasil panen padi yang banyak tentu bonih (bibit) juga harus
banyak, biasanya dalam satu kepala keluarga rata-rata bonih uma (bibit
padi yang ditanam di ladang) kisaran 20
sampai 30 kulak (2o-30 gantan) bahkan ada yang mampu bonih uma sampai 50 kulak.
Kalau sudah mencapai 50 kulak bonih uma biasa saat musim
panen jika di kerjakan hanya beberapa orang saja akan kualahan, maka dari pada
padi tidak bisa di panen maka ladang tersebut harus di perinyap
(goyong-royong). Lihat dan klik disinin video musim panen padi suku dayak ransa
Berinyap panen biasanya orang yang ada sekampung wajib turun
ikut serta agar panen cepat selesai (tanpa upah se persen pun). Kalau berinyap orang yang punya ladang tersebut harus
memotong binatang misalnya babi, berukuran
kelilik lima atau kelilik enam ( ukuran keliling babi lima sampai enam
jengkal jari) kisaran 60 sampai 70 kg, dan kalau orang yang mengadakan berinyap
dan dia punya ternak sapi dia akan potong sapi, dan kerbau (kalau jaman
dahulu) sebagai santapan atau untuk
memberi orang makan yang telah membantu panen padi.
Panen padi ladang liar tidak sama seperti panen padi di sawah
dengan menggunakan alat penebas / aret dan tidak menggunakan mesin, tapi
menggunakan alat yang sederhana dan tradisional, orang dayak ransa menyebut
alat yang di gunakan untuk memanen padi yaitu pengetep yang terbuat
dari kaleng bisa juga dari besi dan memiliki gagang dari kayu untuk
memegangnya.
Lihat cara orang dayak panen padi
Ini hasil setelah padi di panen |
Saat Ngamin tempajak (buat bawa padi yang telah di panen) untuk di bawa ke lumbung padi |
Saat Panen Padi di ladang |
Nasis di ladang he, kalau yang di gendong ibu itu namanya takit (anyaman terbuat dari rotan) dan fungsinya untuk menampung sementara padi yang telah di panen selanjutnya di masukan ke tempajak |
Persiapan hidangan saat panen padi |
Kalo makan danging dan sayur sudah di bagi, jadi semua yg ikut panen pasti kebagian |
Langkau uma (Pondok ladang) yang di siapkan untuk menyimpan padi yang telah di panen |
#Artikel
terkait
Lihat kampung
mehola bangis
Dusun: pondok
bayan
Desa: laman mumbung
Logo Dayak
Ransa
Coba
Lihat ini
contoh logat bahasa suku dayak ransa
Cahai
kumparak adalah: air terjun
di sungai mehola
Sub
suku di Kabupaten Melawi Jumlah
suku di kabupaten melawi
Di
Desa mawang Mentatai : Ada
Sandung (Tempat MenyimpanTulang Manusia)